kecantikan adalah hak asasi seorang wanita

Kamis, 03 Mei 2012

Doctor's Life

dr Farida Briani, Pilih Main Sinetron daripada Nonton

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Browser anda tidak mendukung iFrame


img
dr Farida Briani (dok: detikHealth)
Jakarta, Nonton sinetron adalah hobi yang sangat digemari oleh kebanyakan ibu-ibu, namun tidak bagi dr Farida Briani, SpB(K)Onk. Daripada pasif menonton sinetron, dokter yang satu ini memilih aktif memberi penyuluhan dengan cara ikut main sinetron.

Bukan hanya ikut tampil sebagai salah satu pemain, dr Farida juga merupakan penggagas film televisi alias sinetron tentang kanker payudara berjudul 'Derita Dinda' tersebut. Dalam proses produksinya, ia juga terlibat penuh sebagai penyunting skenario.

Meski terlibat dalam pembuatan sebuah sinetron, bukan berarti dokter yang pernah ikut pertukaran pelajar ke Amerika Serikat sampai lulus SMA ini adalah seorang penggemar sinetron. Bahkan ia mengaku sangat jarang menonton sinetron, karena kebanyakan di antaranya hanya mengumbar alur cerita yang dangkal dan kurang mendidik.

"Tapi tidak bisa dipungkiri, sinetron itu banyak ditonton ibu-ibu sehingga bisa menjadi media yang paling tepat untuk menyampaikan pesan. Karena itulah saya tertarik untuk menggarap sinetron tentang bahaya kanker payudara dan pencegahannya. Saya sendiri sih tidak suka nonton sinetron," kata dr Farida kepada detikHealth beberapa waktu lalu, seperti ditulis Senin (16/4/2012).

Karena pada dasarnya tidak menyukai sinetron, dr Farida mengaku agak kesulitan saat menyunting atau mengedit skenario film televisi Derita Dinda. Terkadang ia merasa tidak cocok dengan beberapa alur cerita yang menurutnya berlebihan, namun akhirnya pasrah karena memang diperlukan untuk menarik minat penonton.

Meski digarap hanya dalam waktu singkat, sinetron yang digarap dengan mengatasnamakan Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) akhirnya bisa tayang di TVRI akhir pekan lalu. Dalam film tersebut, dr Farida tampil sebagai dirinya sendiri dalam kapasitasnnya sebagai ahli kanker.

Peduli Kanker Payudara Sejak Kuliah

Kepedulian dr Farida terhadap kanker payudara sudah tumbuh sejak masih duduk di bangku kuliah kedokteran, khususnya saat mengambil spesialisasi bedah onkologi. Baginya kanker payudara sangat memprihatinkan karena hampir 50 persen pasien datang ke dokter dalam kondisi sudah terlambat.

Padahal dengan deteksi dini, kanker payudara bisa lebih mudah disembuhkan dan risiko menyebar ke jaringan lain juga bisa ditekan. Caranya juga tidak sulit, yakni dengan sering-sering meraba payudara dan segera memeriksakannya saat ditemukan ada benjolan.

Soal pengalaman yang paling berkesan, bagi dr Farida semua pasiennya punya kesan tersendiri karena masing-masing bisa menjadi guru yang membuatnya makin pintar. Salah satunya ketika menangani pasien yang sudah kena kanker payudara pada usia 16 tahun.

"Yang membuat saya prihatin itu penderita kanker payudara itu usianya makin muda di Indonesia. Dulu mayoritas di usia menopause, sekarang banyak yang usianya 30-an tahun bahkan belasan tahun. Kalau kena kanker payudara di usia menopause, umumnya jenis kankernya tidak progresif. Sementara kalau kena di usia muda misalnya belasan tahun, saya pernah punya pasien usia 16 tahun, biasanya tipe yang progresif sehingga menyebarnya cepat sekali," kata dr Farida.

Mengingat makin banyaknya perempuan kena kanker payudara di usia muda, dr Farida selalu menekankan pentingnya deteksi dini. Sejak mulai mendapatkan menstruasi, maka seorang remaja putri harus sudah dibiasakan untuk meraba sendiri payudaranya secara teratur dan segera memeriksakan diri jika ada benjolan yang tidak wajar.

BIODATA
Nama:
dr Farida Briani, SpB(K)Onk

Tempat dan tanggal lahir:
Yogyakarta, 29 Desember 1972

Pendidikan:
Cascade High School, Everett, Washington, USA (1990-1991)
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1992-1998)
Spesialis Bedah Umum FKUI (2002-2007)
Spesialis Bedah Onkologi FKUI (2008-2010)

Riwayat karir:
Relawan pada Divisi Kanker, Providence Hospital, Washington, USA (1991)
Tutor Matematika di Washington, USA (1991)
Guru Bahasa Inggris pada Nurul Fikri English Division (1995)
Dokter Umum RS Budi Jaya, Jakarta (1998-1999)
Asisten peneliti pada Sub Bagian Ginjal Hipertensi FKUI-RSCM (1998-1999)
Dokter Umum Islamic Center Iqro, Bekasi (1999-2000)
Dokter Umum Klinik Jatibening, Bekasi (2001-2002)
Praktek di RSIA Permata Cibubur.

(up/ir

http://health.detik.com/read/2012/04/16/103347/1893166/1201/dr-farida-briani-pilih-main-sinetron-daripada-nonton 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar